Prasasti Plumpungan (juga disebut Prasasti Hampran) adalah prasasti yang
tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 cm, lebar 160
cm dengan garis lingkar 5 meter. Prasasti ini ditemukan di Dukuh
Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, berangka tahun 750 Masehi.
Prasasti ini dipercaya sebagai asal mula kota Salatiga.
Isi Prasasti Plumpungan
ditulis dalam Bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta. Tulisannya ditatah dalam
petak persegi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada
setiap sudutnya.
Dengan demikian, pemberian
tanah perdikan (daerah bebas pajak) merupakan peristiwa yang
sangat istimewa dan langka, karena hanya diberikan kepada desa-desa yang benar-benar
berjasa kepada raja. Untuk mengabadikan peristiwa itu maka raja menulis dalam
Prasasti Plumpungan Srir Astu Swasti Prajabhyah, yang artinya:
"Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian". Ditulis pada hari
Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi.
Perdikan artinya suatu
daerah dalam wilayah kerajaan tertentu. Daerah ini dibebaskan dari segala
kewajiban pajak atau upeti karena daerah tersebut memiliki kekhususan tertentu,
daerah tersebut harus digunakan sesuai dengan kekhususan yang dimiliki. Wilayah
perdikan diberikan oleh Raja Bhanu meliputi Salatiga dan
sekitarnya.
Menurut
sejarahnya, di dalam Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu
ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada
zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang
sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra. Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah
Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat
prasasti itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan
demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas
pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini.
Konon, para pakar telah
memastikan bahwa penulisan Prasasti Plumpungan dilakukan oleh seorang citralekha (penulis) disertai
parapendeta(resi). Raja Bhanu yang disebut-sebut dalam prasasti tersebut adalah
seorang raja besar pada zamannya yang banyak memperhatikan nasib rakyatnya.
Isi Bahasa Sanskerta
1. //Srir = astu swasti prajabyah
sakakalatita 672/4/31/..(..)
2. Jnaddyaham //O//
3. //dharmmartham ksetradanam yad =
udayajananam yo dadatisabhaktya
4. hampragramam triaramyamahitam =
anumatam siddhadewyasca tasyah
5. kosamragrawalekhaksarawidhiwidhitam
prantasimawidhanam
6. tasyaitad = bhanunamno bhuwi bhatu yaso
jiwitamcatwa nityam
Terjemahan
1.
Semoga
bahagia ! Selamatlah rakyat sekalian ! Tahun Saka telah berjalan
672/4/31 (24 Juli 760 M) pada hari Jumat
2. tengah hari
3.
Dari
beliau, demi agama untuk kebaktian kepada yang Maha Tinggi, telah
menganugerahkan sebidang tanah atau taman, agar memberikan kebahagiaan kepada
mereka
4.
yaitu
desa Hampra yang terletak di wilayah Trigramyama (Salatiga) dengan persetujuan
dari Siddhdewi (Sang Dewi yang Sempurna atau Mendiang) berupa daerah bebas
pajak atau perdikan
5. ditetapkan dengan tulisan aksara atau
prasasti yang ditulis menggunakan ujung mempelam
6. dari beliau yang bernama Bhanu.
(dan mereka) dengan bangunan suci atau candi ini. Selalu menemukan hidup abadi
wonderful indonesia